Pengenalan Kebudayaan Thailand di Sekolah Dasar
DOI:
https://doi.org/10.60012/dc.v3i1.74Keywords:
Pengenalan kebudayaan;, Multikulturalisme; , Kemitraan Negara BerkembangAbstract
Tujuan memperkenalkan budaya Thailand kepada murid-murid Sekolah Dasar adalah untuk menumbuhkan rasa toleransi terhadap kebiasaan dan tradisi bangsa asing (Thailand). Alasan di balik pemilihan sekolah dasar adalah kesesuaian mereka sebagai pengadopsi awal pendidikan antar budaya. Salah satu metode pelaksanaannya adalah dengan meminta penutur asli bahasa Inggris di Thailand untuk mengajar bahasa Inggris kepada murid-murid sekolah dasar yang bahasa pertamanya adalah bahasa Indonesia. Hal ini akan diintegrasikan ke dalam kerangka budaya Thailand dan Jawa (Indonesia) selama proses interaksi. Hal ini dapat mengarah pada pemahaman bahwa, terlepas dari kenyataan bahwa penerapan setiap aqidah terkadang bervariasi karena populasi Thailand yang sebagian besar beragama Hindu, hubungan antarmanusia akan selalu terjalin dengan baik dalam kehidupan sehari-hari selama didasarkan pada nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Temuan ini menunjukkan bahwa, sebagian besar, siswa sekolah sasaran merespon dengan cukup baik ketika ada penutur bahasa Thailand yang datang ke sekolah mereka dan berbagi informasi tentang budaya mereka, meskipun sebagian kecil siswa belum dapat menyesuaikan diri dengan populasi Thailand. Dengan munculnya keragaman terjadi kemungkinan untuk memprediksi reaksi intoleransi maka dilakukan antisipasi dengan mengenalkan faham multikulturalisme. Sehingga kemunculan toleransi antar pihak dapat diketahui.
References
Devinta, M. (2016). Fenomena culture shock (gegar budaya) pada mahasiswa perantauan di Yogyakarta. E-Societas: Jurnal Pendidikan Sosiologi, 5(3).
Hantono, D., & Pramitasari, D. (2018). Aspek perilaku manusia sebagai makhluk individu dan sosial pada ruang terbuka publik. Nature: National Academic Journal of Architecture, 5(2), 85-93.
Juliani, R., Cangara, H., & Unde, A. A. (2015). Komunikasi antarbudaya etnis aceh dan bugis-makassar melalui asimilasi perkawinan di kota makassar. KAREBA: Jurnal Ilmu Komunikasi, 70-87.
Koentjaraningrat. (1985). Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Kramsch, C. (1998). Language and culture. Oxford: Oxford University Press.
Liliweri, A. (2002). Makna budaya dalam komunikasi antarbudaya. Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara.
School of Education at the University of Mississippi. (2001). The Psychomotor Domain. http://www.olemiss.edu/depts/educ school/CI/seced/psychomotor.htm. (June 15, 2005).
Shafira, A., & Santoso, D. A. A. (2021). Peningkatan keterampilan berbicara bahasa Inggris melalui guided conversation. JEdu: Journal of English Education, 1(1), 1-13.
Sugiarto, T. (2021). Makna Material Culture dalam “Sarung” sebagai Identitas Santri. El Madani: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi Islam, 2(01), 77-100.
Tylor, E. (1871). Primitive Culture. New York: J. P. Putnam’s Sons.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Malikatul Laila

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Darma Cendekia




Darma Cendekia is licensed under a